Sunday, March 8, 2009

"Sollu 3ala nabiy..."

''Allahumma solli 3ala sayyidina Muhammad wa alihi wasohbihi wa baarik wa sallim"

BismiLlahirrahmanirrahim
AlhamduliLlah sampai saat ini kita masih lagi diberikan dua nikmat terbesar dari Allah Ta'ala kpada hamba2NYA yang terpilih,nikmat IMAN dan ISLAM~ Bertuahkan dua nikmat itu kita pernah,sedang dan insyaAllah, akan terus dirasai hingga hujung waktu kita di dunia fana' ni.Taqabbalna ya Allah...Tapi,selalu tak atau 'pernah' tak kita duduk bertafakur time ada peluang untuk aqal kita berfikir tentang ''dari mana datangnya'' n ''apa nilainya'' kita dikurnia 2 nikmat paling diidam2kan buat hamba-hamba Allah ni.Mungkin kita terlupa dengan kisah ini....


Pemergianmu~


Detik-detik RasuluLlah SAW Menghadapi Sakaratul Maut. Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, RasuluLlah SAW dengan suara terbatas memberikan khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata RasuluLlah SAW yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "RasuluLlah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah SAW yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah SAW sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. SubhanaLlah...Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah SAW menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata RasuluLlah SAW, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah SAW menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya RasuluLlah SAW dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan RasuluLlah SAW lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh RasuluLlah SAW ditarik. Nampak seluruh tubuh RasuluLlah SAW bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan RasuluLlah SAW mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya RasuluLlah SAW pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar RasuluLlah SAW memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan RasuluLlah SAW mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"(peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)".Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir RasuluLlah SAW yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu...

Seringkali tiap kali tarikh kelahiran Baginda SAW kita sambut dengan majlis-majlis ilmu yang mengingatkan kita pada sirah junjungan besar kita ini~Selawat dan salam ke atas Baginda SAW dan hali keluarga serta para sahabat sekeliannya~ Namun,jarang sekali kan kita bicarakan keadaan RasuluLlah SAW di akhir nafas Baginda SAW. Bukan bermaksud untuk menenggelamkan hari penuh barakah kelahiran makhluk paling sempurna di sisi Allah Ta'ala ini~Ampunkan ku ya Allah andai ini suatu kesalahan dari cebisan amalan kebajikan yang cuba ku lakukan.Jauhkanku dari golongan yang dihijab dr melihat kesalahan2 yg dilakukan.Wa3iyazubiLlah.Ameen...~ Cuma mungkin bingkisan kisah ini menambahkan lagi kecintaan dan rindu kita pada Syafa3atunaa SAW,kerna merindunya sebenarnya membawa cinta kepada Allah 'Azzawajalla.Hanya DIA yang selayaknya dipersembahkan cinta sejati~~~

Persoalannya.....
Mampukah kita mencintai sebagaimana cintanya Baginda SAW kepada kita,ummatihi? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi...

No comments: