Thursday, June 4, 2009

Aboh~

BismiLlah ar-Rahmaan ar-Raheem...


Aboh~


Rindu tarbiyyah aboh...

Rindu yang amat.

Rindu...





~anak aboh~; Aboh pesan,"Rindu Allah!"

Friday, May 29, 2009

DIAM.



Ada kala hati ini meracau tak tentu. Bimbang atas apa yang dilihat, didengar, dirasakan. Takutakan apa yang akan terjadi. Malas berpikir tentang masa esok, atau masa lalu. Seperti kosong tak berisi, hampa terasa, sesak dalam perasaan. Berteriak menjerit dalam hati. Sungguh sangat menyakitkan, membingungkan, meragukan, dan sangat sepi.

Kekacauan itu dari dalam hati. Semua itu bukan dari akal, fisik, atau perasaan. Semua itu berasal dari hati. Tempat bersemayamnya perasaan dasar manusia sejak Adam hingga sekarang. Kekacauan itu wujud dari banyaknya masalah yang muncul dalam keseharian. Sangat rancu dan membuat linglung pemaknaan kehidupan ini.

Menepilah dalam diam. Itulah yang baiknya dilakukan saat kerancuan itu meracuni hati bening ini. Ibarat kata saat hendak berhenti dari macetnya jalanan. Cukup menyingkirlah dari jalan, dan rasakan kedamaian. Tak harus menunggu dan turut dalam emosi-emosi kemacetan. Beristirahatlah menunggu ketenangan.

Menepilah dalam damai. Cukupkan penat sehari-hari. Berikanlah hak pada pikiran, tubuh, dan mental yang selalu digunakan setiap hari. Damaikanlah gelora bimbang dalam hati. Menepilah dalam sepi, karena itu adalah tempat istirahat untuk hati yang letih tentang dunia.

Menepilah untuk semangat baru. Berhenti untuk melanjutkan. Berhenti untuk menempuh semangat dan jalan baru. Itulah arti dari menepi. Mengganti setiap lelah yang telah muncul. Berganti dengan semangat yang membakar hati. Mengobarkan perjuangan.

Menepilah dalam manfaat. Menepi bukan diam, tapi bertapa. Merenungi masa lalu dan merencanakan masa esok. Mengganti penat dengan semangat. Mengganti peluh dengan suluh semangat. Mengganti keluh dengan teduh. Menepilah saat kerancuan itu meracuni hati. Menepilah saat semua seolah meninggalkan hati ini sendiri.

--sumber--

Daripada Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesiapa yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia berkata perkara yang
baik atau diam. Dan sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, maka
hendaklah ia memuliakan jirannya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian maka hendaklah ia memuliakan tetamunya."

(Muttafaq 'alaih)




~nawanihamra'~
; Sayyidina 'Ali dalam sajaknya~
"Kerana lidahtertarung, meninggalnya pemuda
Tertarung kaki tidak mengapa.
Kerana lidah hilanglah kepala
Luka di kaki sembuh seketika."

((Sembilan puluh persen dari kesejahteraan itu terdapat pada DIAM kecuali waktu zikir kepada Allah))~ pernah dengar kata ini?

--Banyak waktu saya perlu DIAM.

Sunday, May 24, 2009

Laskar Pelangi



BismiLlahirrahmanirrahim…


Kronologi waktu dulu

Kala diri tidak kenal

Erti hidup pada memberi

Membuat gusar makin dasar

Maafkanku wahai Yang Maha Pemberi segala sesuatu.


Kini, hidupkah aku

Dalam erti memberi dan terusan memberi?

Walau sekedar cuma

Ataukah masih cuba menerima segala?


Perlukah

Terus termenung atau merenung

Meratap atau mengharap

Duduk dalam payah

Diri dalam debar

Baring dalam tangis.


Aku tak punya daya

Untuk bercanda dalam bahasa

Untuk tertawa dalam kalam

Yang keluar hanya tipuan semata

Maafkan…

Maafkan…

Maafkan aku.


Senyuman hanya hadir satu saat

Dari ribuan saat-saat yang datang

Sampai bila harus serupa begini?

Aku tewas dengan rasa sendiri

Hati tidak kuat untuk rasa bahagia

Sungguh! Tidak mampu!


Waktu-waktu itu

Kekadang buat rasa gundah

Hadir tiada tenang

Hanya yang setia adalah gelisah

Tapi sampai tika bila?


Sanubari bersandiwara lagi

Mungkin esok masih lagi ada begini

Setia melewati detik yang hadir

Hidup ini teka-teki

Yang pasti bernoktah!

Kesekian kalinya aku

Masih terus mancari…

Masih cuba memberi…



~nawanihamra’~; “Hiduplah untuk membari sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya.”~ Laskar Pelangi.

Tuesday, May 19, 2009

Hampir ke situ...!







Aku sadar bukan mudah
Untuk mengejar mimpi indah
Pernah suatu ketika dulu
Ku punya harapan besar
Kini aku tak pasti
Dapatkah ku miliki?

Sudah jauh kita tempuh
Kekalkanlah impian lalu
Mungkin ada hikmat
Yang akan menunggu
Di penghujung jalan
Biar nanti kecewa
Setidak-tidaknya cuba

Jika halangan menduga perjalanan kita
Janganlah kau putus asa
Karena ku ada di sisi setia menemani
Andai semangatmu gugur
Genggamlah tanganku
Kita hampir ke situ

Adakala ku terasa
Ketabahan tak setegar
Tetapi apakan daya
Berhenti separuh jalan
Percayalah padaku
Aku yakin kita mampu

Biar orang kata
Rapuhnya harapan

Bukan mereka tentukan lagi

Kau ada aku dan aku punya kamu

Apa jua akhirnya tetap bersama...!


Sekali mendengar alunan ini,semangat itu hadir. Sebab? Sebab kata-kata ini perlu. Usah peduli pada penyampainya,peduli pada kata-katanya. Perlu lihat dari sudut yang positif. Moga manfaatnya dapat dirasai sama-sama=). Sahabat, kamu ada aku, dan aku punya kamu!


~nawanihamra'~ ; Kita bukanlah pemula rantaian sebuah perjuangan, bukan jua pengakhirnya. Tapi kita adalah penyambung rantai itu! Berusahalah sedaya mampu...moga tali Allah selalu bersama kita,ameen ya Rabb~ya Allah...kuatkan aku!

Thursday, May 14, 2009

--Si Bunga dan Si Rama-Rama--




Seorang pemuda berdoa kepada Allah agar diberikan BUNGA dan RAMA - RAMA...

Namun, Allah memberikannya KAKTUS dan ULAT...
Pemuda ini sedih, dan tak faham mengapa pemberiannya berbeza daripada permintaannya.

Kemudian...ia berfikir, Allah mempunyai terlalu ramai umat untuk diuruskan.
Dan dia memutuskan untuk tidak mempersoalkannya.
Selepas satu tempoh,pemuda ini memikirkan semula permohonan doanya yg telah lama dilupakan...

Tiba suatu saat, pemuda ini amat terperanjat pabila melihatkan pokok KAKTUS yg hodoh dan berduri itu tumbuh dengan BUNGA yg cantik!
Dan daripada ULAT yg terselindung telah bertukar menjadi RAMA - RAMA yang sangat cantik!

Allah sentiasa melakukan semua perkara dengan betul.
Cara Allah adalah cara terbaik walaupun kelihatan semuanya salah.
Jika kita memohon sesuatu dan menerima yang lain dari Allah, percayalah...
Pastinya Allah selau saja mengurniakan apa yang dipinta di ketika yang paling sesuai & terbaik.
Apa yg kita pinta, tidak semestinya apa yg kita perlukan...
Dan Allah tidak akan gagal memenuhi pemintaan, teruskn berdoa tanpa ragu dan mengeluh!
Duri hari ini adalah bunga hari esok...

Allah gives the very best to those who leaves the choices up to him.

Saturday, May 9, 2009

~delusiBonda~



Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani.


Kau sentuh cahaya dengan jemari mu
Dibalik tabir mimpi di raungan merindu
Mengimbas figura di kesumba senja
Tak siapa mendengar ratap hati bonda
Di hadap ranumnya kasih yang manis bermadu
Mengapa kau hanya mengunyah pahit hempedu

Ummi engkau berdelusi
Impian ilusi
Mimpi jadi ngeri mengusik dinihari
Ummi engkau kehampaan
Dambaan igauan janji hanya mainan
Gurauan di bibir kau kutip jadi sandaran

Keperitan itu teman mu yang sejati
Di hujungnya bahgia menanti
Bersama harapan dan pengorbanan diri
Terus berbakti

Resahmu sembunyi dalam riuh ketawa
Sebak dada tidak ketara
Tenangnya wajah tabah kau hadapi
Kerana kau yakin Tuhan lebih mengasihi

Ummi...


Kala ini
, bait-bait alunan indah dari suara NICE ini selalu saja menyentuh gegendang telinga ana. Mesejnya terlalu mendalam, sampai. Entah sejak bila dan dari mana ana dengar,tak ingat dah. Yang pasti,berpuluh kali dengar belum puas, melankoli benar. Purnama Mei ini,sana sini anak-anak bonda menyampaikan sesuatu buat bonda mengikut medium memasing.Ana senyum dan haru tengok cara dan gaya mereka tunjukkan kasih-sayang buat bonda.SubhanaLlah, moga Allah rahmati kalian dan ibu kalian.Ameen~

---Seminggu ini suara bonda tak sampai ke telinga lagi. Rindu sungguh! Tapi semalam tidur ana indah walaupun imtihan mengganggu. Sebab Allah ta3ala bagi peluang sampaikan sesuatu buat bonda=). Walau sekadar picisan kata dan dendangan "Belaian Ibu" dari skrin melalui adik,sekedarnya bonda dengar. Yang pasti,bonda dengar dengan hati. Adik beri ikon senyum,menyentuh hati katanya. Hati nampak bonda senyum. Hati rasa bahagia,hari rasa indah yang amat. Terima kasih Allah. Terima kasih bonda~


Perutusan ini bukan dari angah sorang. Juga dari Along,Ayiem,Kak Teh,Ikhwan,Mimi,Abang,Kak Chik,Dik Na juga dari Syifa' Mardhiyah. Dari semua anak-anak mak~
"Kalaulah angah terdaya perincikan tiap kasih dan cinta mak..."
"Kalaulah angah mampu senaraikan tiap pengorbanan mak..."

Sebersit senyum ummi, seribu satu pengamatan
Setitis airmata ibu, sedanau dukalara umat
Sesaat tawa bonda, hilang lelah serindu lewati...

Karena ummi, bumi keindahan menjaga langitnya
Karena ibu, harum subuh memberkas beningnya
Karena bonda, setiap kata menemu maknanya...



p/s: Hari-hari adalah hari ibu.Salam hormat hari bonda buat bonda-bonda~

Saturday, May 2, 2009

perlukah...?

In The Name of Allah The Most Gracious, The Most Merciful.


Kata dia, "Kawan ketawa di mana-mana, kawan menangis satu dalam seribu."

Kata kamu, "Teman macam belon, sekali lepas kamu tak akan dapat lagi yang sama seperti dia."

Kata saya, "Sahabat macam udara yang diperlukan, selalu ada tanpa kita sedari."


Erm...semalam sahabat saya tegur saya di kotak ruangan YM. Lama betul tak menyapa. Isi sembangan jelas tak macam dulu. Hambar. Tawar. Kadang-kadang termasin. Saya cuba letak gula, harapnya manis. Tapi sahabat saya tambah air...tawar lagi. Saya fikir saya tak perlu tambah apa-apa. Merasakan dia selesa,baru saya rasa selesa. Akhirnya kami rasa manis dengan sendiri.

Sahabat saya kata lagi, "Once when he lost from my life,then i'll come to you". Perlukah? Saya tak dapat fikir lagi. Saya senyum? Ya, saya senyum! Saya doakan dia sentiasa diiringi rahmat Allah dalam hidup,ameen.


...perlukah?...


~Musim ini akan meninggalkan kita. Menghitung rindu, mengutip kenangan. Walau di bumi mana dirimu ada...Kerana destinasi kita berbeza, ingatlah satu perkara...PERSAHABATAN itu SELAMANYA! Maut bukan juga noktah,kerana aku ada doa buat kamu.Kamu ada doa untuk aku.~


Handphone saya berbunyi nada mesej...
***
"SAHABAT...Andainya aku jatuh tersungkur di medan perjuangan ini,pimpinlah daku... Andai daku lalai di bawa arus dunia, tariklah daku ke jalan yang benar... Andainya daku lemah semangat dalam medan ini,tiupkanlah roh semangat ke dalam diriku... Semoga daku sentiasa bersamamu wahai SAHABAT untuk mendapat syahid di syurga ALLAH kelak...".
Mesej ini untuk setahun yang lalu.Tahun ini? Tahun-tahun seterusnya? Sudah tidak perlukah?...-tidak mengapa-


Tapi saya tetap nak hantar ini buat kamu~
Sahabatku,

Jika hari ini aku terlalu gembira,
Sedarkanlah aku dengan amaran-amaran Allah.
Jikaku bersedih tanpa bicara,
Pujuklah aku dengan tarbiah Pencipta.
Jikaku lemah tak berdaya,
Ingatkanlah aku dengan kehebatan syurga.
Jika antara kita ada tembok yang memisahkan,
Ajaklah aku meleraikan segera.
Jika pernah hatimu terluka,
Luahkanlah agar daku berubah. dan...
Jika esok kulena tanpa terjaga,
Iringkanlah lenaku dengan kalungan doa.

Mesej ini bukan untuk saat ini sahaja. Tapi untuk tiap-tiap saat yang saya ada!

Thursday, April 30, 2009

...bukan cheenta biasa...

Cinta luar biasa..
Cinta seorang Kekasih kepada umatnya..
Hatta hembusan nafas
terakhir..
Lidah Rasul Allah SAW menutur tanpa
henti..
Ummati.. ummati.. ummati!..

Cinta luar biasa..
Kisah cinta Handzalah..
Tinggalkan bidadarinya di malam
pernikahan..
Lantaran menyahut jihad..
Akhirnya syahid di medan juang..

Cinta luar biasa..
Seteguh kasih Khadijah r.a...
Tak pernah jemu memberi sokongan..
Rela mengorban segala kemewahan..
Di saat Rasulullah dan Islam
dipinggirkan. .

Cinta luar biasa..
Kisah kesetiaan Abu Bakar As-Siddiq..
Kasih seorang sahabat yg tiada
tandingan..
Insan yang sentiasa membenarkan. .
Sewaktu kata-kata Rasulullah
dipersenda-sendakan. .

Cinta luar biasa..
Kisah ketabahan Hajar..
Ditinggalkan di tanah gersang
bersama Ismail..
Bukti kasih seorang ibu, berlarian
mencari air..
Lantaran tiada kesanggupan
mendengar tangisan si anak
kecil..

Cinta luar biasa..
Umpama keberanian Ali k.w..
Di malam penghijrahan Nabi SAW..
Menggantikan Rasulullah di tempat
tidurnya..
Walau jiwa menjadi taruhan..

Cinta luar biasa..
Cinta Asiah, Masyitah dan Sumaiyyah..
Menggadai nyawa demi mempertahan
aqidah..
Iman di dada tiada sedikit goyah pun!..
Kerna keyakinan yang teguh atas
segala janjiNya..

Kisah cinta luar biasa..
Insan pilihan yg berada di atas
jalanNya..
Betapa tulusnya kasih, teguhnya jiwa..
Redha dan sabar menempuh segala ujian..
Merekalah insan yg memahami erti
kemanisan iman.

...
Mampukah diri ini meraih cinta luar
biasa..?

Mujahidku...imamku..
Namamu tidak terukir di catatan harianku
Asal usulmu tidak hadir
dalam diskusi perjalananku..
Wajah wujudmu tidak terlukis
dalam sketsa mimpi-mimpiku..
Indah suaramu tidak terakam
dalam pita batinku..
Namun ku tahu,
Kau hidup mengaliri
Pori-pori cinta dan semangatku
KERANA SESUNGGUHNYA dikau ADALAH HADIAH TERINDAH DARI YANG MAHA ESA UNTUKku..

Tiada ku mencari putera tertabal
Kerna aku hanyalah khadam yang hina
Aku mencari putera agama
Kerna ku ingin puteri mu'minah
Yang ku impi biarpun tiada punya rupa
Cukup sekadar sejuk mata hati ini memandang
Yang ku nilai bukanlah sempurna jasadnya
Tapi moga sihat nuraninya,terislah qalbunya..
Yang hadir kelak,
Tiada perlu rijal terbilang
Kerna aku srikandi penuh masa silam yang kelam..

"Yang terjadi kelak...
Andai tidak seiring kemahuan nurani
Diri amat meredhai...
Kerna itu terbaik dari ILAHI,termaktub dari azali"


~Padamu... ada al-asrar yang menjadi idaman mujahid, tersingkap dari diari nafasmu...
Dimuqaddimahkan secebis ma'rifah,

Jagalah humaira' pada wajahmu,

Jagalah nur syuhudiyya diqalbumu,

Jagalah akhlak nubuwwah pada perilakumu,

Moga kau dari bahgian mar'atus solehah...Ameen.

Thursday, April 16, 2009

*edisi tanda*

Assalamu3alaykum warahmatuLlah...

Err...sebenarnya entry untuk kali ini dah 'bersarang' dalam posting-an saya=D,hanya sahaja mahu di-publish dan 'siapkan kerja rumah' yang diberi tanpa 'waran'.aish~susah betul.sorry yer nenek wardatulhamra n k.wajia el-cumil-ah=D.terlebey suda~

Cute's Blogger Award!

Link atau ceritakan kembali siapa yang memberikan award ini kepada anda.
Link atau ceritakan? Untuk orang pertama yang bagi 'award' ni, saya fikir saya pilih cerita=). Nenek a.k.a. Wardatulhamra...D.i.a ini sahabat yang ana sayang dengan sangat.Seperti dirinya yang ditulis di dalam blognya,begitulah dia...eheh~ Nek,kite minta izin ceritakan siapa itu nenek dalam kamus hidup kite buley?(Emangnya dia suruh ceritain,masakan ana ditanda kan?ekeke~just joking nek!jgn mare nanti kena denda joging keliling mahattoh@makan jaggong bebanyak kat kole berang kg Addah musim soif nanti=D)-ish2...banyak songeh- Ana dan d.i.a mula dipertemukan Allah Ta'ala di satu tempat penuh baraqah,MTANT. Jangan ditanya apa itu MTANT. Istilah itu terlalu sukar untuk dimengerti dengan kata-kata.kan Billa?~ Bibit-bibit ukhwah mula terjalin di situ hingga tahun ketiga. Terlalu banyak yang melewati kami selama itu. Ditakdirkan,kami jiran sebelah bilik. Apa-apa hal,d.i.a tukul je dinding gune kapak,-adakah kapak digunakan untuk menukul? D.i.a ini memang amat rajin menziarah jiran tetangga. Apa lagi jiran sebelah bilik kan,tahu-tahu aje le...Contoh yang perlu diikuti sekali-sekala,kalau diikuti selalu mau nye kalian nak menukul dahi d.i.a dengan bantal.-info:Bantal juga digunakan untuk menukul.Boleh rujuk buku teks kemahiran hidup edisi tadika.Terima kasih. Paling sinonim dengan diri d.i.a,d.i.a suka bercerita.Ana pulak suka dengar.suka3!

***

Overall,d.i.a. berjaya menjadi seorang s.a.h.a.b.a.t.,bukan kadar kawan! Itu sebenarnya yang saya mahu describe tentang d.i.a.terima kaseeh sahabat atas segalanya~tabarakaLlahu fik! Moga limpahan kasih-sayangNya menaungi hidupmu selamanya..Rasanya cukup sekadar itu.Mahu kenal d.i.a. lagi,sila dail nombor yang tertera pada kaca skrin komputer atau laptop anda.tak nampak panjang umoq insyaAllah^_~


Untuk penanda kedua akakku wajia el-cumil-ah, suka lah kiranya ana lampirkan link blognya yang cute-cute cumil ni. ~ituakujia~ ...sila la bertandang ke salah satu gerbang ilmu ni,datang sekali pasti nak lagi!=)jadi promoter untuk share ilmu,tak salah kan kak wajia?jangan rotan saya,belanja caramel strawberry satu kak!..riba' ke tuh?=D


Setiap
blogger hendaklah menyatakan 10 fakta atau hobi diri sendiri sebelum memilih pemenang seterusnya.

1. [fakta] Erm...Bintu Rosli Nur Salwani...berstatus Angah dalam keluarga terceenta. terima kasih mak abah~~ nama ni akan bawa sesuatu yang terbaik buat kalian insyaAllah. Syukran juga untuk tok imam...=)

2. [fakta] Kaler pink,purple,green sukakan saya dengan sangat!~tak tahu kenapa=D

3. [hobi] Pantai Mohammedia suka jalan-jalan dengan saya. ~terima kasih.miss u a lot CIK PAMO!

4. [hobi] Suka usha-usha blog penduduk maya time malas bukak kamus...=D. Tak perasan sebenarnya ni hobi baru ana, adik ahlibait yang terlebih perasan.ehe~tahniah untuk awak dik.*clap*clap*

5. [fakta] Agak tinggisikit saja pon...dari akakku wajia el-cumil-ah,agak kurang ketinggian dari wardatulhamraerk? -sorry kak wajia,fakta ni termasuk list pulak.terbuktilah kecumilan akak kan3?...apapun,ini adalah suatu fakta.=Psape suh tag saye...lalala~

6. [fakta] Tika di malaysia,ana bermata morocco. Di morocco,ana bermata malaysia. -cnfirm ni memang fakta.Dan ana tidak tahu mengapa begitu=D Fakta ini 'dikurnia' oleh seorang sahabat yang belum bercahaya mata.Ana tunggu jugak nih...

7. [hobi] Suka mendengar.siapa yang sama hobi dengan saya sila angkat ibu jari! Suka dengar 'ceritera kasih'(bukan kekaseeh!) dan pandangan orang sekeliling tentang sekeliling. Sebab ana pun tak berapa pandai 'bercakap'.Sahabat-sahabat cakap ana pendiam tapi ada sesuatu.Err..gimana tu sih? Mungkin jari ana lebih pandai sikit bercakap dari mulut kot.Betul! Dengan mendengar, percayalah...banyak yang boleh kita ambil dari 'cerita' itu. Hidup makin berpengalaman. Cubalah!

8. [fakta] Sangat tertarik pada sesuatu yang bernama p.u.i.s.i. Kalau terserempak dengan p.u.i.s.i, pasti mata ana akan jatuh cinta.ish3..parah jugak. Mungkin ana sama rasa dengan mak kot,tiap kali baca bait-bait puisinya memang buat hati bergetar! Tapi ana tak pandai nak cipta macam mak, bakat tumpul. Time muda-muda dulu pernah la buat 2-3 ,tapi setakat diri sendiri yang baca,boleh la...puisi merapu=D
Pelawaan kak Zahirah untuk join GKLN masih belum terbuka hati untuk menerima. Segan!

9. [fakta] Nombor 2 paling meminati ana. Ana pun tak tahu kenapa dan mengapa 2 ni minat sangat kat ana nih...Sangat suka angka 2. Dilahirkan sebagai ahli kedua dalam keluarga. Juga pada bulan kedua. Sering jadi orang kedua termatangtertua sebenarnya..hee~ di dalam sesuatu list, di Maahad dan juga di kalangan ahlibet FBI ni... n In the future, mahu jadi isteri keduajangan la buat-buat terkezut selepas isteri pertama kepada seorang suami...nama madu ana;DAKWAH ISLAM -sedapkan nama tu?

10. [tiada ketegori] Ana dah tak tahu sangat la nak describe diri ana. Mungkin sahabat-sahabat sekeliling ana boleh describekan,sebab mereka ni 'cermin'.Tak gitu? Tak percaya,boleh minta sijil dan ilmu skali dari diorang^_~ Boleh terima hujahan ini?hee~

Noktah.

Agak segan sebenarnya ditanda oleh nenekku yang muda ini dan akakku yang tiada sangsi akan kecumilannya itu.Heheh...jangan mare ya habibatiy ukhtiy=P Ana memang tak tahu sangat pasal tanda-menanda or tag-mengetag nih.Nasib baik la soalannya agak-agak mudah...(agak-agak?walhal memang tak tahu nak jawab apa..ihi~).-ini la bahana kalau tidak bertanda.ish3... ada kena-mengena ke?=D

Apapun, syukran sudi jadikan ana sasaran tembak-menembak 'tag' ni. Parah jugak bila kena tembak ni..adess~ ''u r da cutest n mengadest nenek n kakaks in da world la!" o_0

dan... PEMENANG seterusnya adalah; :..Ceritera @MBe..: dia dipilih atas kretiria salah seorang jaguh penanda dan pemerintah pengupdatean blog ini.uhuh~ sila menjawab...

BarakaLlahu fiikoum~

Thursday, April 9, 2009

Cerita saya?...



Erm...Assalamu3alaikum warahmatuLlahi wa barakaatuh~=)

Awwalul kalam,AlahmduliLlah.Thumma Alhamdulilah.Thumma AlhamduliLlah...segala puji dan syukur hanya layak dipanjatkan li Rabbil 3alameen,Pencipta seluruh makhluk dan isi alam.Jangan pernah berhenti bersyukur dan berharap akan nikmat-nikmat yang diberi pinjam untuk kita selama bermusafir di bumiNYA,terpenting..,nikmat terbesar yang kita jarang 'nampak' ya3ni nikmat IMAN dan ISLAM.pernah nampak???uhu...tanya hati,jawab sendiri!dun wori,tade istidrok pon...=D Ana pun tengah duk tanya-tanya ni,entah da nampak,entah tidak..ish2..apa nak jadi la dengan budak nih!aish~ [muqaddimah ana ni cam sorang tazah nak bagi ceramah ke sorang budak yang berangan jadi tazah heh?coz ada ustaz yang tatau identitinya TERpanggil ana tazah,ustazah???adoyai~]ustaz salah orang ni.

Uhu~ Sebenarnya rasa cam teruja jeteruja la sangat... dapat hias teratak yang tak tahu tebal berapa meter,kilometer dan sewilayah dengannya la sawang-sawang ni lepas beberapa waktu teratak ni sunyi tanpa tuan...kesian kan dhoif-dhoif ana yang setia menunggu tuan punya teratak balik menghidangkan 'syei' na3na3 panas' bersama 'kus-kus' dan 'tojin' buat merekaperasan ada tetamu lak aih=p.HamduliLlah,selepas berhempas-pulaskan kepala 360darjah ke syiling ke lantai jua ke dinding,tergerak juga hati langsung mematahkan sendi-sendi jari tangan untuk menari tarian bebas tol berirama di keyboard pilihan hati=D astaghfiruLlah..entah apa ana mengarut ni tak tahu la,entum terpaksa layankan aja macam-macam ana nih kalau entum rasa masih boleh menerima award pengarutan sebegini..uhuh~

Erm..sebenarnya untuk entry kali ini ana tak boleh berceloteh panjang...kalau dibiar,nanti ada yang tersasar,bahaya untuk saham akhirat!ampunkan segala keterlanjuranku YA RABB~ Jadinya,ana nak ambil kesempatan masa yang ada ni untuk minta maaf dari entum pengunjung-pengunjung blog atas ketidak-hapdateanni la orang melayu,seme nak rojak=p blog ni atas alasan kebzan a.k.a kesibukan yang tercipta dan juga yang dicipta sendiri tanpa pengesahan. Agak lama tidak menjenguk,rupanya banyak yang berlaku kat sini. Paling tidak,follower bertambah?!uhuh...segan!Apa saja lah yang ada di sini ye?sekadar celoteh budak-budak setahun jagung=D Apapun,jazakumuLlahu khairan jaza' untuk kalian.Sangat hargai!sijil penghargaan tak ada...sorry.


Musim bunga sudah 'berbunga' di sini!sukasuki3!!~ Jadi insyaAllah,untuk entry akan datang jika diizin Allah Ta3ala ana akan ceritakan sedikit sebanyak apa yang berlaku sepanjang cuti musim bunga di tanah Tariq bin Ziyad ini walaupun sudah agak kelewatan.Tika bila pun,sejarah semalam tetap menjadi kenangan hari ini.Kan? Untuk itu,suka ana untuk 'berceloteh' serba sedikit program-program yang terisi time 3utlah baru-baru ini,biizniLlah.Moga nanti sama-sama dapat istifadhah dari itu.Apapun,hari ini juga ash3uru masrur bezzaf(sonok sesangat!-betoi ka ni?) diberi izin untuk sertai program anjuran student arab di jami'ah.Yang buatkan hati kami terpanggil untuk sama-sama bagi sokongan dan harapan bagi program ni,satunya kerana hadaf utama diorang untuk mengajak semua warga Magharibah umumnya,n warga jami'ah di Kenitra khususnya untuk memakai HIJAB yang sebenar-benar hijab.Memang kami merasakan kami tidak terlepas membantu mereka yang mahukan kebenaran menapak dengan kukuh di tempat yang sepatutnya telah kukuh,tapi akibat dari jajahan pemikiran bangsa Perancis yang amat dekat dengan diorang,ramai yang terkeluar dari garis sebenar.huhuh~panjang jugak celoteh,aduih..xpandai nak pendekkan la... InsyaAllah persoalan HIJAB ni pun akan dimasukkan dalam entry nanti,moga sama-sama dapat manfaat dan ambil ihtimam^_~ Kita sama-sama share apa yang Allah bagi sikit-sikit sorang kan?

Ok la...ana kena letak fullstop dulu la kat sini.Terbanyak pulak ambil masa kat depan pc pilihan hati nih..ish2...k,jazakumuLlah~

p/s: Untuk pemberi-pemberi award 'tag' baru ini,Billa,ust.Mustafami,T-rex n akakku Wajia al-cumel-ah...ana minta maaf 1001 kali maaf dari kalian.Tak menyempat jugak nak siapkan 'denda-denda' itu=D Agak buat-buat bz sejak 2 3 menjak ni...ish2..surri yep!~ Tapi,segan gak sebenarnya,ada lagi ke 'gejala' tag skang ni..cam da senyap kan3?ehe~ Perlu jalankan jugak ke 'denda' nih?=p

Wada3an~~~

Thursday, March 19, 2009

Berkongsi Kisah Kasihnya Ibu

...Ibu Mithali...

PENERIMA ketiga berjalan perlahan-lahan turun dari pentas. Di lehernya, telah terkalung pingat "Ibu Mithali". Tangan kanannya menggenggam erat satu sampul dan segulung sijil. Tangan kirinya pula memegang beberapa hadiah iringan. Anaknya setia melangkah di sisi.


"Sekarang ...," suara pengacara majlis bergema kembali,


"Tibalah kita kepada penerima anugerah "Ibu Mithali" yang terakhir. Penerima ini agak lain daripada yang lain dan sungguh istimewa. Untuk itu, dipersilakan Puan Afifah Rashid naik ke pentas bersama- sama Cik Nurul Humairah, untuk tampil memperkenalkan ibunya. Dipersilakan. "


Mataku tercari-cari pasangan ibu dan anak yang bakal mengambil tempat itu. Di barisan penonton paling hadapan, aku dapati seorang anak gadis berkulit hitam manis dan bertubuh tinggi lampai, sedang berusaha memujuk seorang wanita dalam lingkungan usia 60-an untuk bangun.

Aneh, kenapa ibu yang seorang ini nampaknya begitu keberatan untuk naik ke pentas? Kenapa dia tidak seperti tiga orang penerima sebelumnya, yang kelihatan begitu bangga menapak naik ke pentas, sebaik sahaja mereka dijemput?


Hampir lima minit kemudian, barulah tampak si anak gadis yang memakai sepasang kebarung bertanah ungu dan berbunga merah jambu serta bertudung ungu kosong, bersusah payah memimpin ibunya naik ke pentas.Ibu itu pun menduduki kerusi yang telah diduduki oleh tiga orang penerima sebelumnya. Anak gadis itu kemudiannya beredar ke pembesar suara. Dia beralih pandang kepada ibunya yang hanya tunduk memerhati lantai pentas.'


Pelik sungguh ibu yang seorang ini. Lagaknya bukan lagak orang yang akan menerima anugerah. Dia tak ubah seperti seorang pesalah yang sedang menanti hukuman. Duduknya serba tak kena. Sekejap beralih ke kanan, sekejap berpusing ke kiri. Tangannya menggentel-gentel baju kurung biru muda yang dipakainya.'Dehem si anak dalam pembesar suara membuat aku sedikit tersentak.


Tumpuanku yang sekian lama terhala ke pentas, aku alihkan pada buku notaku. Aku menconteng-conteng helaian yang masih putih bersih itu untuk memastikan penku dalam keadaan yang baik. Kemudian, aku memeriksa kameraku. Filemnya masih ada. Baterinya masih dapat bertahan.Sempat juga aku mengerling rakan-rakan wartawan dari syarikat akhbar dan majalah lain yang duduk di kiri kananku. Nampaknya, pen sudah berada dalam tangan masing-masing. Mata mereka sudah terarah kepada ibu di atas pentas dan anak yang sudah pun memulakan bicaranya dengan bismillah dan, memberi salam.


Aku tersenyum dan mengangguk kepada rakan- rakan wartawan yang duduk semeja denganku. Tetapi, senyuman dan anggukanku sudah tidak sempat mereka balas. Aku lantas mengemaskan dudukku mencari posisi yang paling selesa.


"Pertama sekali, saya ingin memanjatkan rasa syukur ke hadrat Allah, kerana dengan izin-Nyalah saya dan, mak berada dalam majlis yang gilang-gemilang ini. Seterusnya, saya ingin merakamkan penghargaan saya kepada pihak penganjur yang telah mempertimbangkan mak saya sebagai, salah seorang penerima anugerah "Ibu Misali" tahun ini.


"Suasana menjadi sunyi. Hadirin memberi tumpuan sepenuhnya kepada percakapan gadis itu.


"Sebetulnya, ketika saya kecil, saya memang membenci mak. Darjah kebencian itu meningkat setelah saya mendapat tahu Puan Afifah hanyalah mak angkat saya. Pada masa yang sama, saya merasakan sayalah anak yang paling malang , disisihkan oleh ibu sendiri, dan diperhambakan pula oleh mak angkat untuk membantu menjaga anak-anak kandungnya"



"Membantu menjaga anak- anak kandungnya? Mungkin, persoalan itu sedang pergi balik dalam benak tuan-tuan dan puan-puan sekarang. Persoalan itu pasti akan terjawab sebentar lagi, apakala saya mempertontonkan rakaman video yang memaparkan kehidupan anakanak kandung mak. Sebelum itu, saya harus menegaskan bahawa anak-anak yang bakal hadirin lihat nanti bukan terdiri daripada doktor, peguam, jurutera, pensyarah, ahli perniagaan, pemimpin masyarakat, dan guru, seperti mana anak ketiga-tiga "Ibu Mithali" yang baru menerima anugerah sebentar tadi."



Suara hadirin yang kehairanan mula kedengaran."Inilah dia abang-abang dan kakak- kakak saya!" suara hadirin semakin kedengaran. Mereka tidak dapat membendung rasa kekaguman."Yang mengeluarkan berbagai-bagai bunyi itu, Abang Long. Yang sedang merangkak ke sana ke mari itu, ialah Kak Ngah. Yang sedang mengesot ke ruang tamu itu, ialah Abang Alang. Yang sedang berjalan sambil berpaut pada dinding itu, ialah Kak Anjang. Yang sedang berjalan jatuh dari dapur ke dalam bilik itu, ialah Abang Andak.""Seperti yang tuan-tuan dan puan-puan saksikan, tahap kecacatan fizikal dan mental abangabang dan, kakak-kakak saya tidak sama. Daripada yang tidak boleh bercakap dan bergerak langsung, seperti bayi yang baru lahir hinggalah kepada yang boleh berjalan jatuh dan, bercakap pelat-pelat, seperti budak berumur satu atau, dua tahun."



Hadirin yang sebentar tadi bingit suaranya kini terdiam kembali. Mereka menonton video yang sedang ditayangkan itu dengan khusyuknya."Untuk pengetahuan semua, abang-abang dan kakak-kakak saya, telah menjangkau usia 20-an dan, 30-an. Namun, meskipun telah dilatih dengan sungguh-sungguh, mereka masih belum pandai mengurus makan minum dan berak kencing mereka sendiri. Lihatlah betapa sukarnya mak hendak melayan makan dan, pakai mereka."



"Sewaktu saya berusia enam atau, tujuh tahun, saya sering mencemburui abang-abang, dan kakak-kakak kerana mereka, mendapat perhatian istimewa daripada mak. Saya iri hati melihat mak memandikan mereka. Saya sakit hati melihat mak menyuap mereka. Sedang saya disuruh buat semua itu sendiri."



"Mirah dah besar, kan ? Mirah dah boleh uruskan diri Mirah sendiri, kan ?" Lembut nada suara mak tiap kali dia memujuk saya. Namun, kelembutan itu telah menyemarakkan api radang saya



"Tapi, mak tak adil!" Saya kerap membentak. "Mak buat segalagalanya untuk kakak- kakak dan abang- abang. Kalau untuk Mirah, mak selalu berkira!"



"Mirah, abang-abang dan kakak-kakak Mirah tidak secerdas Mirah. Mereka cacat!" Berkali-kali mak menegaskan kepada saya. "Sebab itulah mak terpaksa membantu mereka."



"Mereka cacat apa, mak?" Saya membeliakkan mata kepada mak. "Semua anggota mereka cukup. Kaki dan tangan mereka tidak kudung. Mata mereka tidak buta. Yang betulnya, mereka malas, mak!"



"Mirah ... Mirah belum faham, sayang." Suara mak akan menjadi sayu tiap kali dia mempertahankan kakak-kakak dan abang-abang saya. Tetapi, kesayuan itu tidak pernah mengundang rasa simpati saya.



"Apabila difikirkan kembali, saya merasakan tindakan saya itu terlalu bodoh. Abang-abang dan kakak-kakak tak pernah kacau saya. Mak pun cuma sekali-sekala saja meminta bantuan saya menyuapkan mereka makan atau menukar kain lampin mereka. Itu pun saya tidak pernah ikhlas menolong.Saya akan merungut tidak henti-henti sepanjang masa saya melakukan itu. Jika makanan yang saya suap tumpah atau jika abang-abang dan kakak-kakak terkencing atas tangan saya, ketika saya sedang menyalin kain lampin mereka, tangan saya ringan saja mencubit atau menampar mereka.



Saya tahu mereka tidak pandai mengadu perbuatan jahat saya kepada mak. Ketika itu, memang saya langsung tidak punya rasa hormat kepada abang-abang dan kakak-kakak. Kepada saya, kehadiran mereka menyusahkan hidup saya."



"Hantarlah abang-abang dan kakak-kakak ke rumah kebajikan, mak." Saya pernah mengusulkan kepada mak, ketika saya berusia sepuluh tahun."Lepas itu, mak dan ayah boleh hidup senang-lenang macam mak dan ayah orang lain. Mirah pun takkan rasa terganggu lagi."



"Mereka anak-anak mak, Mirah. Jadi, maklah yang patut jaga mereka, bukan petugas-petugas di rumah kebajikan." Begitu reaksi mak setiap kali saya mencadangkan hal itu."Saya langsung tidak menghormati, apatah lagi mengagumi pendirian mak.Mak memang sengaja menempah masalah. Mak tidak menghargai jalan keluar yang telah sedia terentang di hadapannya."



"Rasa geram dan marah saya sampai ke puncaknya, semasa saya berusia dua belas tahun. Pada hari itu, mak demam teruk hingga tidak dapat bangun. Ayah terpaksa ambil cuti untuk membawa mak ke klinik. Lalu, saya ditinggalkan untuk menjaga abang-abang dan kakak-kakak di rumah.Sebelum meninggalkan rumah, biarpun dalam keadaan yang lemah, berkali-kali mak sempat berpesan kepada saya, agar jangan lupa memberi abang-abang dan kakak-kakak makan, dan menukar kain lampin mereka."



Suasana dewan terus sunyi. Hadirin masih khusyuk mendengar cerita gadis itu."Itulah kali pertama saya ditinggalkan bersama-sama abang-abang dan kakak-kakak, selama lebih kurang lima jam. Jangka masa itu cukup menyeksakan. Kebetulan pada hari itu, abang-abang dan kakak-kakak benar-benar mencabar kesabaran saya. Entah mengapa Abang Long enggan makan. Jenuh saya mendesaknya. Abang Alang dan Kak Ngah pula asyik mencirit saja. Letih saya menukar kain lampin mereka. Abang Andak pula, asyik main air ketika saya memandikannya. Basah lencun baju saya dibuatnya. Kak Anjang pula, asyik sepahkan nasi dan tumpahkan air.Penat saya membersihkannya. "



"Apabila mak dan ayah pulang, saya sudah seperti kain buruk, tubuh saya lunyai. Saya sudah tidak berupaya melihat muka mak dan ayah. Saya terus melarikan diri ke rumah ibu kandung saya, yang terletak di sebelah rumah mak. Begitulah lazimnya. Apabila fikiran saya terlalu kacau, saya akan ke rumah ibu untuk mencari ketenangan.""Ibu!" Saya menerpa masuk lalu memeluk ibu.



"Kenapa ibu bagi Mirah kepada mak? Kalau ya pun ibu tidak suka Mirah, bagilah Mirah pada orang lain yang lebih menyayangi Mirah, bukan mak.""Mirah!" Ibu merangkul saya. " Kan dah berkali-kali ibu tegaskan yang ibu bagi Mirah kepada mak bukan kerana ibu tak sayang Mirah."



"Lazimnya ibu akan membuka kembali lipatan sejarah hidupnya apabila situasi itu berlaku. Ibu ialah kakak mak. Ibu sakit teruk setelah melahirkan saya. Selama berbulan-bulan ibu terlantar di hospital, mak yang telah menjaga saya. Setelah ibu sembuh, ibu dapat lihat sendiri betapa gembiranya mak dapat menjaga seorang anak normal.Justeru, ibu tidak sampai hati hendak memisahkan kami."



"Ibu telah berasa betapa nikmatnya menjaga tujuh orang anak yang pintar dan cerdas. Jadi, biarlah nikmat itu turut dirasakan oleh mak pula dengan menjaga Mirah. Lagipun, dengan menyerahkan Mirah kepada mak, ibu masih dapat melihat Mirah membesar di hadapan mata ibu, walaupun Mirah tinggal bersama-sama mak. Dari pemerhatian ibu, ibu rasa, mak lebih menyayangi Mirah berbanding dengan anak anaknya yang lain."


"Sayang apa? Ibu tahu tak yang rumah tu macam neraka bagi Mirah? Ibu tahu tak yang Mirah ni tak ubah seperti hamba di rumah tu?"



"Jangan besar-besarkan perkara yang kecil, Mirah. Ibu tahu sekali-sekala saja mak membebankan Mirah dengan kerja-kerja rumah dan tugas menjaga abang-abang dan kakak-kakak Mirah. Itu pun Mirah buat tidak sesungguh hati. Nasi mentahlah, lauk hanguslah, abang-abang, dan kakak-kakak kena lempanglah."



"Mak adu semua kepada ibu, Ya?" Saya masih mahu berkeras meskipun saya tahu saya bersalah."Mak jarang-jarang mengadu keburukan Mirah kepada ibu. Ibu sendiri yang kerap mengintai Mirah dan melihat bagaimana Mirah melaksanakan suruhan mak."



"Saya tunduk. Saya sudah tidak sanggup menentang mata ibu."


"Ibu malu, Mirah. Ibu mengharapkan kehadiran Mirah di rumah mak kau itu dapat meringankan penderitaan mak.Tetapi, ternyata kehadiran Mirah di rumah itu menambahkan beban mak."



"Saya benar-benar rasa terpukul oleh kata-kata ibu."


"Ibu rasa, apa yang telah mak beri kepada Mirah, jauh lebih baik daripada apa yang diberi kepada anak-anaknya sendiri. Mirah dapat ke sekolah. Kakak-kakak dan abang-abang Mirah hanya duduk di rumah. Mirah dapat banyak pakaian cantik. Sedang anak-anak mak yang lain pakaiannya itu-itulah juga. Setiap kali Mirah berjaya dalam peperiksaan, mak sungguh gembira. Dia akan meminta ibu tolong menjaga abang-abang dan kakak-kakak kerana dia nak lihat Mirah terima hadiah."



"Saya tidak sanggup mendengar kata-kata ibu selanjutnya, bukan kerana saya tidak mengakui kesalahan saya, tetapi kerana saya benar-benar malu."



"Saya meninggalkan rumah ibu bukan kerana berasa tersisih daripada ibu kandung sendiri, atau berasa kecewa sebab tidak mendapat pembelaan yang diharap- harapkan. Saya meninggalkan rumah ibu dengan kesedaran baru."



"Sesampainya saya ke rumah tempat saya berteduh selama ini,saya dapati mak yang belum sembuh betul sedang melayan kerenah abang-abang dan kakak-kakak dengan penuh sabar. Saya terus menghilangkan diri ke dalam bilik kerana saya dihantui oleh rasa bersalah. Di dalam bilik, saya terus resah-gelisah. "



"Mirah," panggilan lembut mak seiring dengan bunyi ketukan di pintu bilik saya. "Mirah."



"Saya cepat-cepat naik ke atas katil dan memejam mata, pura-pura tidur."



"Sejurus kemudian, terdengar bunyi pintu bilik saya dibuka. "Mirah dah tidur rupa-rupanya! Kesian. Tentu Mirah letih menjaga abang-abang dan kakak- kakak semasa mak, ke klinik siang tadi. Maafkan mak, sayang. Mak tahu Mirah masih terlalu muda untuk memikul beban seberat itu.



Tapi, keadaan benar- benar terdesak pagi tadi, Mirah. Mak janji, lain kali mak tak akan kacau Mirah lagi. Mak akan meminta ibu atau orang lain menjaga abang- abang dan kakak-kakak kalau mak terpaksa tinggalkan rumah"




Sepanjang mak berkata-kata itu, tangan mak terus mengusap-usap dahi saya. Suara mak tersekat-sekat. Saya terlalu ingin membuka mata dan menatap wajah mak ketika itu."Mirah, mak tahu Mirah tak bahagia tinggal bersama-sama mak."



Suatu titisan air mata gugur di atas dahi saya. Kemudian, setitik lagi gugur di atas pipi saya. Selepas itu, titisan-titisan itu kian rancak gugur menimpa serata muka dan leher saya.



"Walau apa pun tanggapan Mirah kepada mak, bagi mak, Mirah adalah segala-galanya. Mirah telah menceriakan suasana dalam rumah ini. Mirah telah menyebabkan mak berasakan hidup ini kembali berharga. Mirah telah. .."


"Mak!" Saya lantas bangun lalu memeluk mak. Kemudian, tiada kata-kata yang lahir antara kami. Yang kedengaran hanyalah bunyi sedu-sedan dan esak tangis.




Peristiwa pada hari itu dan, pada malamnya telah mengubah pandangan saya terhadap mak, abang-abang dan kakak-kakak. Saya mula merenung dan menilai keringat mak. Saya mula dapat menerima keadaan kakak- kakak dan abang- abang serta belajar menghormati dan, menyayangi mereka.



Keadaan dewan menjadi begitu sunyi seperti tidak berpenghuni sejak gadis itu berbicara.



Setelah meraih kejayaan cemerlang dalam peperiksaan penilaian darjah lima , saya telah ditawarkan untuk melanjutkan pelajaran ke peringkat menengah, di sebuah sekolah berasrama penuh. Saya telah menolak tawaran tersebut."Kenapa Mirah tolak tawaran itu?"



"Bukankah di sekolah berasrama penuh itu Mirah boleh belajar dengan sempurna?"



"Betul tu, Mirah. Di sana nanti Mirah tak akan berdepan dengan gangguan daripada abang-abang dan kakak-kakak! "



"Mirah tak menyesal ke, kemudian hari nanti?"Bertubi-tubi mak dan ayah menyoal. Mata mereka tidak berkelip-kelip memandang saya.



"Mak, ayah." Saya menatap wajah kedua-dua insan itu silih berganti.




"Mirah ingin terus tinggal di rumah ini. Mirah ingin terus berdamping dengan mak, ayah, abang-abang dan kakak-kakak. "



"Tapi, boleh ke Mirah buat ulang kaji di rumah? Pelajaran di sekolah menengah itu, bukannya senang." Mak masih meragui keupayaan saya.



"Insya-Allah, mak. Mirah rasa, Mirah dapat mengekalkan prestasi Mirah semasa di sekolah menengah nanti," balas saya penuh yakin.Mak dan ayah kehabisan kata-kata. Mulut mereka terlopong. Mata mereka terus memanah muka saya. Garis-garis kesangsian masih terpamer pada wajah mereka. Sikap mak dan ayah itu telah menguatkan azam saya untuk terus menjadi pelajar cemerlang, di samping menjadi anak dan adik yang baik.




Selama di sekolah menengah, mak sedapat mungkin cuba membebaskan saya daripada kerjakerja memasak dan mengemas rumah, serta tugas menjaga makan pakai abang-abang dan kakak-kakak kerana takut pelajaran saya terganggu. Sebaliknya saya lebih kerap menawarkan diri untuk membantu, lantaran didorong oleh rasa tanggungjawab dan timbang rasa.




Gadis yang bernama Nurul Humairah itu terus bercerita dengan penuh semangat, apabila melihatkan hadirin di dalam dewan itu mendengar ceritanya dengan penuh minat.




"Saya terpaksa juga meninggalkan rumah sewaktu saya melanjutkan pelajaran di Universiti Kebangsaan Malaysia . Di sana saya membuat pengkhususan dalam bidang pendidikan khas. Bidang ini sengaja saya pilih kerana saya ingin menabur bakti kepada segelintir pelajar yang kurang bernasib baik. Di samping itu, pengetahuan yang telah saya peroleh itu, dapat saya manfaatkan bersama untuk abang-abang dan kakak-kakak. "



"Kini, telah setahun lebih saya mengharung suka duka, sebagai seorang guru pendidikan khas di kampung saya sendiri. Saya harus akui,segulung ijazah yang telah saya miliki tidak seberapa nilainya, berbanding dengan mutiara-mutiara pengalaman yang telah mak kutip sepanjang hayatnya."



"Sekarang, saya lebih ikhlas dan lebih bersedia untuk menjaga abang-abang dan kakak-kakak. Pun begitu, hati ini sering tersentuh apabila beberapa kali saya terdengar perbualan mak dan Ayah."




"Apa akan jadi kepada kelima-lima orang anak kita itu lepas kita tak ada, bang?" suara mak diamuk pilu.Ayah akan mengeluh, kemudian berkata, "Entahlah. Takkan kita nak harapkan Mirah pula?"




"Mirah bukan anak kandung kita." Mak meningkah.



"Kita tak boleh salahkan dia kalau dia abaikan abang-abang dan kakak-kakaknya. "



"Mirah nak tegaskan di sini, mak, yang Mirah akan membela nasib abang-abang dan, kakak-kakak lepas mak dan ayah tak ada. Ya, memang mereka bukan saudara kandung Mirah. Tapi, tangan yang telah membelai tubuh Mirah dan tubuh mereka adalah tangan yang sama. Tangan yang telah menyuapkan Mirah dan mereka, juga tangan yang sama. Tangan yang memandikan Mirah dan mereka, adalah tangan yang sama, tangan mak."



Kelihatan gadis yang berkebarung ungu, berbunga merah jambu itu, tunduk sambil mengesat air matanya dengan sapu tangannya. Kebanyakan hadirin, khususnya wanita turut mengesat air mata mereka.Gadis itu menyambung bicaranya.



Tiga bulan lalu, saya terbaca mengenai pencalonan anugerah "Ibu Misali" dalam akhbar. Saya terus mencalonkan mak, di luar pengetahuannya. Saya pasti, kalau mak tahu, dia tidak akan merelakannya. Saya sendiri tidak yakin yang mak akan terpilih untuk menerima anugerah ini, sebab anak- anak mak bukan terdiri daripada orang-orang yang disanjung masyarakat, seperti lazimnya anak- anak "Ibu Misali" yang lain.




"Lorong dan denai kehidupan yang orang-orang seperti mak lalui mempunyai banyak duri dan, ranjau berbanding dengan ibu-ibu lain. Betapa keimanan mak tidak tergugat biarpun berdepan dengan dugaan yang sebegini hebat. Tiada rasa kesal. Tiada rasa putus asa. Tidak ada salah-menyalahkan antara mak dan ayah."



"Maafkan Mirah sekali lagi, mak. Hingga ke saat- saat terakhir tadi, mak masih tidak menyenangi tindakan Mirah mencalonkan mak, untuk menerima anugerah ini. Mak merasakan diri mak terlalu kerdil lebih-lebih lagi setelah mak mendengar pengisahan "Ibu Misali" pertama, kedua dan ketiga. Berkali-kali mak tegaskan yang mak menjaga anak-anak mak bukan kerana mahukan anugerah ini, tapi kerana anak-anak adalah amanah Tuhan."



"Saya ingin jelaskan di sini bahawa saya mencalonkan mak untuk anugerah ini, bukan dengan tujuan merayu simpati. Saya cuma berharap kegigihan dan ketabahan mak akan dapat direnung oleh ibu-ibu lain, terutama ibu-ibu muda yang senang-senang mendera dan mencampakkan anak mereka yang cornel, segar-bugar serta sempurna fizikal dan, mental."



"Sebagai pengakhir bicara, sekali lagi saya ingin merakam penghargaan saya kepada pihak penganjur, kerana telah mempertimbangkan mak saya sebagai salah seorang penerima anugerah "Ibu Misali" tahun ini. Semoga pemilihan mak ini akan memberi semangat baru kepada ibu-ibu lain yang senasib dengan mak."



"Sekian, wassalamualaikum warahmatullah. "Gadis itu beredar meninggalkan pembesar suara.



Penku telah lama terbaring. Buku notaku telah lunyai dek air mataku sendiri. Bahuku dienjut-enjut oleh sedu- sedanku. Pandanganku menjadi kabur. Dalam pandangan yang kabur-kabur itu, mataku silau oleh pancaran cahaya kamera rakan semejaku. Aku segera mengangkat kameraku dan menangkap gambar secara rambang tanpa mengetahui sudut mana atau, apa sebenarnya yang telah menarik perhatian wartawan-wartanan lain.'



Bertenang. Kau di sini sebagai pemberita. Kau seharusnya berusaha mendapat skop yang baik, bukan dihanyutkan oleh perasaan kau sendiri.'



Terdengar pesanan satu suara dari dalam diriku.Lantas, aku mengesat air mataku. Aku menyelak buku notaku mencari helaian yang masih belum disentuh oleh air mataku. Aku capai penku semula.




"Demikianlah kisah pelayaran seorang ibu di samudera kehidupan yang tidak sunyi dari ombak dan badai. Sekarang, dijemput Yang Berbahagia Puan Sri Salwa Najwa dengan diiringi oleh Pengerusi Jawatankuasa Pemilihan "Ibu Mithali" untuk menyampaikan anugerah "Ibu Mithali" serta beberapa hadiah iringan kepada Puan Afifah Rashid. Yang Berbahagia Puan Sri dipersilakan. "



Nurul Humairah membantu maknya bangun. Kemudian, dia memimpin maknya melangkah ke arah Yang Berbahagia Puan Sri Salwa Najwa. Lutut maknya menggeletar. Namun begitu kerana dia tidak berdaya menahan perasaannya dia terduduk kembali di atas kerusi.



Melihatkan itu, Yang Berbahagia Puan Sri Salwa Najwa sendiri datang mendapatkan Puan Afifah, lalu mengalungkan pingat itu. Setelah itu, beliau menyampaikan beberapa hadiah iringan. Air mata Puan Afifah berladung.



Tepukan gemuruh bergema dari segenap penjuru dewan. Sejurus kemudian, seorang demi seorang penerima anugerah "Ibu Mithali" sebelumnya, naik ke pentas bersalaman dan berpelukan dengan Puan Afifah. Bertambah lebatlah hujan air mata penerima anugerah "Ibu Mithali" yang terakhir itu.


Renung-renungkan dan Selamat beramal...

Thursday, March 12, 2009

...satu picisan...

Salam 3alaykum wa rahmatuLlah...

Maaf...
Hari ini lagu saya ada sendu,
Mahu marah? Untuk apa.Tiada makna.
Mahu senyum? Tidak terhurai.Muram lebih dahulu mengambil tempat.
Mahu sedih? Terasa yang amat.Tidak mahu sebenarnya.

Maafkanlah...
Hati durja tapi perlu pura-pura.
Kenapa?Ini hidup.

Maafkan sahaja...
Maafkan saja hati ini.
Maafkan saja pada mereka.
Lagu sendu jadi rindu.
Kerna,
Diri ini diri kamu.Diri kamu diri ini.

Resah jadi damai.
Gelora jadi tenang.
Benci jadi kasih.
Sayang makin rindu.
Lagu rindu makin tersenyum.
Lagu ini buat kamu-kamu.


~10 minit ini terlakar. Sekejap? Mungkin dari naluri barangkali. Maaf dan senyum selalu=)

Sunday, March 8, 2009

"Sollu 3ala nabiy..."

''Allahumma solli 3ala sayyidina Muhammad wa alihi wasohbihi wa baarik wa sallim"

BismiLlahirrahmanirrahim
AlhamduliLlah sampai saat ini kita masih lagi diberikan dua nikmat terbesar dari Allah Ta'ala kpada hamba2NYA yang terpilih,nikmat IMAN dan ISLAM~ Bertuahkan dua nikmat itu kita pernah,sedang dan insyaAllah, akan terus dirasai hingga hujung waktu kita di dunia fana' ni.Taqabbalna ya Allah...Tapi,selalu tak atau 'pernah' tak kita duduk bertafakur time ada peluang untuk aqal kita berfikir tentang ''dari mana datangnya'' n ''apa nilainya'' kita dikurnia 2 nikmat paling diidam2kan buat hamba-hamba Allah ni.Mungkin kita terlupa dengan kisah ini....


Pemergianmu~


Detik-detik RasuluLlah SAW Menghadapi Sakaratul Maut. Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, RasuluLlah SAW dengan suara terbatas memberikan khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata RasuluLlah SAW yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "RasuluLlah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah SAW yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah SAW sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. SubhanaLlah...Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah SAW menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata RasuluLlah SAW, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah SAW menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya RasuluLlah SAW dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan RasuluLlah SAW lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh RasuluLlah SAW ditarik. Nampak seluruh tubuh RasuluLlah SAW bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan RasuluLlah SAW mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya RasuluLlah SAW pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar RasuluLlah SAW memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan RasuluLlah SAW mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"(peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)".Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir RasuluLlah SAW yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu...

Seringkali tiap kali tarikh kelahiran Baginda SAW kita sambut dengan majlis-majlis ilmu yang mengingatkan kita pada sirah junjungan besar kita ini~Selawat dan salam ke atas Baginda SAW dan hali keluarga serta para sahabat sekeliannya~ Namun,jarang sekali kan kita bicarakan keadaan RasuluLlah SAW di akhir nafas Baginda SAW. Bukan bermaksud untuk menenggelamkan hari penuh barakah kelahiran makhluk paling sempurna di sisi Allah Ta'ala ini~Ampunkan ku ya Allah andai ini suatu kesalahan dari cebisan amalan kebajikan yang cuba ku lakukan.Jauhkanku dari golongan yang dihijab dr melihat kesalahan2 yg dilakukan.Wa3iyazubiLlah.Ameen...~ Cuma mungkin bingkisan kisah ini menambahkan lagi kecintaan dan rindu kita pada Syafa3atunaa SAW,kerna merindunya sebenarnya membawa cinta kepada Allah 'Azzawajalla.Hanya DIA yang selayaknya dipersembahkan cinta sejati~~~

Persoalannya.....
Mampukah kita mencintai sebagaimana cintanya Baginda SAW kepada kita,ummatihi? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi...

Tuesday, March 3, 2009

...ungu menjengah ruang T_T...

Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.


'' Luke Hash (3/4/2009 4:45:14 PM): salam
Luke Hash (3/4/2009 4:45:17 PM): wani
Luke Hash (3/4/2009 4:45:22 PM): dpt bite x lg?
~nawani hamra'~ (3/4/2009 4:45:30 PM): w'salam wrt
~nawani hamra'~ (3/4/2009 4:45:31 PM): ye
~nawani hamra'~ (3/4/2009 4:45:35 PM): brite mnde???
~nawani hamra'~ (3/4/2009 4:45:48 PM): xtepon mesia pon arini
Luke Hash (3/4/2009 4:46:52 PM): skunk ni de exam x?
~nawani hamra'~ (3/4/2009 4:47:05 PM): xdok
~nawani hamra'~ (3/4/2009 4:47:11 PM): psl wan ke?..
Luke Hash (3/4/2009 4:47:19 PM): yea
Luke Hash (3/4/2009 4:48:02 PM): wani
Luke Hash (3/4/2009 4:48:03 PM): ok ke?
~nawani hamra'~ (3/4/2009 4:48:18 PM): jap....
Luke Hash (3/4/2009 4:48:24 PM): ok
~nawani hamra'~ (3/4/2009 4:57:59 PM): wani ok...''


Terkedu.

Petang di Maghribi. Terasa ingin 'mengatas taliankan' diri di YM,tapi sekadar halimunan. Beberapa saat, muncul Luke Hash (pak sepupuku) mengetuk salam di kotak YM. Ku kira sekadar bertanya khabar berita, rupanya mengkhabar duka~

Aku tidak terus bertanya apa sebenarnya berlaku. Pantas ku buka kotak lowrate untuk menghubungi bonda. 0.03 euro? Ah..cukupkah??? Terlupa top-up! Baru aje first time beli, memangnya terlupa untuk beli kali kedua. Biarkan~ Telefon rumah tidak terangkat. Pasti semuanya di sana...Aku mendail nombor kepunyaan nenda.Ternyata banyak suara-suara yang muncul dari corong telefon.Aku sudah mengagak sesuatu. Tapi jauh sekali mendoakan itu adalah sesuatu yang nyata, yang aku perlu dengar! Tuhan...redhai hati ini~

''Wan dah tak ada''. Jawapan serak dan sesak dari bonda cukup membuatkan dunia aku gelap seketika.Terbisu. Kisah bersama wan terus-terusan menjengah. Antara keluargaku dan wan cukup akrab. Kami pernah duduk satu bumbung untuk beberapa tahun...itu kisah kecilku. Tika berlainan bumbung, wan pula yang rajin bertandang...rindukan cucu-cucu katanya. Apapun...abah tak pernah biarkan wan sorang-sorang. Memang abah rajin menjenguk wan. Abah amat rajin menziarah bila saja waktunya lapang, pantang jika anak-anak berdiam di rumah. Pesannya...biar kita kenal semua waris-waris kita.Paling tidak waktu mati kita ada yang mendoakan dan mengingati. -betul bah~ Sekarang, semua itu hanya terlihat di wayang memori.Yang pasti, waktu aku pulang nanti aku tak dapat lagi menangkap wajah kedua-duanya dengan mata kasar~

Kata bonda, duduk berjauhan ni memang kena kuat terima apa saja yang berlaku. Jauh mana pun jarak, redha jangan dikurangkan. InsyaAllah, Allah dah tetapkan yang terbaik untuk hamba-hambaNYA...-talian terputus- ''bonda lagi kuat.angah kagum bonda!''~ Mutiara jernih itu jatuh lagi buat kesekian kali...ya Allah,jangan biarkan air mata ini mengalir kerana kesedihan yang tak mendatangkan manfaat buat hambaMU.Biarkan ia jatuh ke bumiMU kerana bimbangkan keadaan diri pabila Engkau menjemput nanti.Perkenankan kami semua ya Allah~

***

Usai bercakap dengan bonda, aku bertanyakan khabar adik perempuan. Dia baru sahaja selesai bacakan yasiin untuk wan usai solat subuh. Subuh untuk wan? Dia baru saja diizinkan rehat dari fardhu itu.Berehat lah secukupnya wan...moga jasad dan roh mu tidak gelisah tentang itu. Suatu yang tak pernah aku lupa...waktu solatnya tidak pernah ku lihat diringan-ringankan, walaupun jasad tua itu perlu menopang sesuatu untuk sucikan diri menghadap Pencipta, walau jasad itu tak lagi mampu berdiri lama. Malunya aku sebagai hamba yang diberi kekuatan jauh lebih beda dari jasad itu. Moga tarbiyyah ini tidak aku lekehkan hingga hujung waktuku nanti.Moga kalian juga begitu.Amiin. :) -Nasihat untuk adik, banyakkan istighfar, doa dan al-Fatihah untuk wan.Moga dia pergi dengan tenang. Allahumma yassirlaha amruha~

Ku matikan talian dengan adik.Tiba giliran satu-satunya ibu saudaraku sebelah abah. Mungkin saat ini hati itu yang paling perit untuk menanggung. Hati seorang anak perempuan tunggal. Mungkin dia tidak tidur semalaman.Kenal benar fe'elnya...hatinya memang terlalu sensitif.Apalagi bila diuji ujian semacam ini. Aku kaget untuk menelefon, bimbang makin mengganggu keadaanya.Tapi ku perlu kuatkan dia.Kerna dengan itu ku juga makin kuat! Sebetulnya, suara itu sangat lemah. Hilang semua ketegasan seorang ibu yang ada pada dia. Mendengar suara ku yang seakan cuba mendatar...oh,dia menangis lagi~ Sedayanya ku simpan sebak yang membukam. Aku cuba berbicara cara dewasa. AlhamduliLlah,tangisnya kurang. Kuatkan dia ya Allah...Sama-sama kita redhai yer Che' De.

Aku ikuti perkembangan pengurusan jenazah Allahyarhamah melalui bonda dan Along. AlhamduliLlah, segalanya Allah aturkan sebaiknya.Moga perjalanan wan di sana juga baik.Angah doakan wan~ Usai mendengar bacaan talkin dari handset Along, hati jadi risau. Risau dengan keadaan diri nanti. Entah bagaimana nasibku nanti??? Ku mohonkan husnul khatimah dalam perjalanan akhirku nanti.Juga doa buat kalian.Amiin ya Rabb...Moga kita tidak terkejut dengan kedatangan dua malaikat itu selepas kaki-kaki yang mengiringi ke kuburan mengatur langkah ketujuh.Moga segala pertanyaan dua makhluk mulia Allah Ta3ala itu dapat iman kita jawab sepantasnya.Moga...

**-Ana minta jasa kalian yang membaca sudi hadiahkan al-Fatihah diiringi doa-doa untuk nenda ana di alam satu lagi itu.Moga segala amalnya diterima dan dicurahi rahmat.Moga hidup kalian juga diberkahi dunya akhirah.Allahumma amiin..ameen~

*-Ana kisahkan dalam entry ana ini untuk pedoman buat diri ana dan entum semua mudah-mudahan. Dan tak lebih untuk mengenang memori ana bersama nenda tersayang. Maaf andai ini membuatkan entum terganggu untuk membaca:)
Apa pun...life must go on! Doakan saja untuk diri dan mereka~

''Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati (maut)''
-Ali-'Imran:185-